Papua-WahanaNews.co | Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2020 menjadi momentum untuk menjaga konsistensi pertumbuhan ekonomi yang positif di Provinsi Papua.
Kesempatan tersebut juga menjadi peluang membangkitkan kembali prestasi masyarakat Papua di bidang olahraga.
Baca Juga:
PLN Siapkan Skema Berlapis untuk Listrik Tanpa Padam di MotoGP Mandalika
Tak hanya menjadi tuan rumah Olimpiade yang diperebutkan.
Di balik pemilihan Papua sebagai tuan rumah PON 2020 dan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI, terdapat pula sejumlah daerah yang berlomba menjadi pelaksana perhelatan akbar olahraga di Indonesia itu.
Selain Papua, Bali dan Aceh menjadi kandidat utama dalam rapat anggota tahunan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Maret 2014.
Baca Juga:
Tim Medis PON XX Papua Belum Terima Honor, DPR Papua Minta Audit
Sebelum itu, ketiga provinsi tersebut sempat bersaing dengan Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Jawa Tengah.
Akhirnya, Papua terpilih sebagai tuan rumah PON 2020 yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pemuda dan Olahraga Nomor 0110 Tahun 2014.
Papua menjadi provinsi pertama di wilayah timur Indonesia yang dipercaya sebagai penyelenggara ajang perlombaan empat tahunan itu.
Periode sebelumnya, PON lebih sering dilaksanakan di wilayah Jawa dan Sumatera, serta sekali diadakan di Makassar (1957) dan Samarinda (2008).
Bagi Papua, momentum tersebut menjadi kesempatan emas untuk memperkenalkan daerahnya kepada ribuan insan olahraga yang datang dari seluruh penjuru negeri.
Selain itu, pelaksanaan PON berpotensi mendorong aktivitas ekonomi yang sempat melambat sebelumnya.
Kontruksi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua memproyeksikan seluruh rangkaian kegiatan PON akan meningkatkan produk domestik regional bruto (PDRB) Papua sebesar Rp 1,28 triliun atau setara 0,7 - 1,1 persen.
Kontributor utama peningkatan tersebut antara lain sektor konstruksi, akomodasi, dan makan minum, serta transportasi.
Di bidang konstruksi, peningkatan tak hanya terjadi mendekati pelaksanaan PON XX. Sejak ditetapkannya Papua sebagai tuan rumah, nilai PDRB sektor tersebut tercatat terus bertambah.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua, nilai PDRB sektor konstruksi pada 2014 atas dasar harga konstan sebesar Rp 12,80 triliun.
Tahun berikutnya, nilainya meningkat menjadi Rp 15,42 triliun dan Rp 18,53 triliun pada 2020. Tak hanya itu, andil sektor tersebut pada total PDRB Papua pun kian meningkat. Pada 2014, kontribusinya baru mencapai 19,24 persen, tanpa memasukkan kontribusi sektor pertambangan.
Namun, masifnya pembangunan arena olahraga untuk keperluan PON XX membuat kontribusinya semakin tinggi, menjadi 21,55 persen pada 2020. Data termutakhir menunjukkan, sumbangan sektor konstruksi kian tinggi seiring semakin dekatnya pelaksanaan PON.
Triwulan II-2021, andilnya pada PDRB mencapai 21,85 persen sejalan dengan dilakukannya sejumlah penataan di kawasan olahraga Kampung Harapan dan Doyo Baru. Total biaya penataannya Rp 211,7 miliar yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dana tersebut antara lain digunakan untuk pembangunan area parkir, jalan penghubung antar-arena, dan ruang terbuka hijau. Sebagai informasi, pada 2014, Pemerintah Provinsi Papua menganggarkan Rp 6 triliun untuk pembangunan sembilan sarana baru.
Dana tersebut juga digunakan untuk renovasi berat dan ringan sarana yang sudah tersedia. Sebagai antisipasi adanya inflasi yang diperkirakan 10 persen per tahun, anggaran ditambah Rp 3 triliun (Kompas, 4 April 2014).
Dampak Berganda
Sejalan dengan semakin menggeliatnya sektor konstruksi, sektor transportasi juga bisa dipastikan turut bergerak. Kedatangan atlet dan ofisial dengan segala aktivitasnya selama di Papua akan melibatkan peran sektor transportasi. Untuk mendukung aktivitas tersebut, Kementerian Perhubungan menyediakan 428 bus selama kegiatan PON berlangsung.
Bus tersebut terdiri atas 217 bus mikro yang berisi 19 tempat duduk dan 211 bus medium dengan masing-masing 25 tempat duduk. Pergerakan tersebut berpotensi mendorong laju pertumbuhan sektor transportasi yang terpuruk beberapa waktu terakhir.
Triwulan II-2021, transportasi dan pergudangan menjadi salah satu dari enam sektor yang mengalami kontraksi, yakni minus 1,90 persen secara triwulanan.
Di sisi lain, perbaikan infrastruktur, salah satunya jalan dan layanan transportasi yang telah dilakukan, menjadi bekal untuk perbaikan bidang transportasi Papua di masa mendatang.
Selain itu, seluruh kontingen selama pelaksanaan PON akan menggerakkan sektor akomodasi dan makan minum di Papua. Menurut data yang dihimpun Kemenpora, tahapan pendaftaran sudah selesai pada 1 Agustus 2021.
Dari catatan tersebut, terdapat 6.496 atlet dan 3.300 ofisial yang telah mendaftar dari seluruh provinsi. Selama pandemi, kinerja sektor akomodasi dan makan minum di Papua menurun, bahkan sempat terkontraksi. Triwulan pertama 2021, pertumbuhannya minus 3,88 persen. Pada triwulan berikutnya mulai tumbuh positif menjadi 0,76 persen.
Dengan adanya kegiatan PON yang berlangsung selama dua pekan, agaknya tidak berlebihan jika dikatakan sektor tersebut sudah pasti akan tumbuh positif dengan nilai yang lebih tinggi.
Tumbuhnya sektor tersebut juga akan berdampak positif pada sektor pendukung lainnya, yakni pertanian dan pengadaan air. Sama seperti sektor akomodasi dan makan minum, kedua sektor pendukung tersebut juga mulai mengalami perbaikan pada triwulan II-2021, dengan pertumbuhan masing-masing 2,31 persen dan 3,4 persen.
Sebelumnya, kedua sektor tersebut juga mengalami kontraksi. Jika keseluruhan skenario tersebut berjalan, pertumbuhan ekonomi Papua secara keseluruhan dapat terakselerasi.
Pasalnya, gabungan dari sektor transportasi, akomodasi dan makan minum, pertanian, serta pengadaan air mampu berkontribusi 23,85 persen pada triwulan II-2021 (tanpa sektor tambang).
Jika digabungkan dengan sektor konstruksi, setidaknya hampir separuh dari PDRB Papua dapat dikendalikan melalui pelaksanaan PON 2020.
Pada gilirannya, momentum tersebut akan membawa Papua kembali menjadi salah satu provinsi yang konsisten mengalami pertumbuhan positif meski di masa pandemi. Apalagi, PON yang tinggal menghitung hari tersebut dilaksanakan di empat kluster yang cukup menopang perekonomian Papua.
Keempat kluster tersebut ialah Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika, dan Kabupaten Merauke. Merujuk catatan BPS Papua, lebih dari separuh PDRB Papua tahun 2020 disumbang oleh empat kabupaten/kota tersebut (54,12 persen).
Prestasi Papua
Selain menghadirkan beragam manfaat dari sisi ekonomi, pelaksanaan PON di Papua juga menjadi kesempatan untuk membangkitkan kembali semangat masyarakat Papua di bidang olahraga. Sebab, prestasi Papua dalam PON sempat mengalami penurunan.
Merujuk laporan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Papua 2020, prestasi Papua sempat menurun selama periode PON tahun 2008 dan 2012. Saat itu, Papua menduduki peringkat 11 dan 15 dari seluruh provinsi yang turut berlaga. Padahal, periode-periode sebelumnya selalu memasuki 10 besar, bahkan menduduki peringkat lima pada PON XI tahun 1985.
Dengan dibangunnya sejumlah sarana olahraga baru, serta renovasi pada sarana yang sudah ada dan sempat rusak, kesempatan bagi masyarakat Papua untuk melakukan latihan lebih terbuka dengan fasilitas yang lebih memadai. Apalagi, sejumlah arena olahraga dibangun dengan standar internasional, seperti Stadion Papua Bangkit. Stadion berstandar FIFA itu disebut-sebut menjadi salah satu stadion terbaik yang dimiliki Indonesia. Selain itu, terdapat juga arena akuatik yang dilengkapi fasilitas kolam berstandar internasional.
Bahkan, arena tersebut telah mendapatkan sertifikat atau pengakuan dunia dari organisasi induk federasi olahraga renang internasional (FINA) pada 27 Juli 2020. Bukan tidak mungkin masyarakat Papua secara keseluruhan akan lebih antusias berlatih.
Kesempatan untuk mempersiapkan diri menjadi atlet-atlet yang mampu menorehkan prestasi, baik nasional maupun internasional, di masa mendatang juga lebih besar. Meski demikian, untuk mencapai semuanya itu, sisa waktu menjelang perhelatan akbar tersebut harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Selain persoalan keamanan, PON XX dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19 yang masih belum berujung.
Target 70 persen pada vaksinasi dosis pertama di empat kluster tempat PON dilaksanakan harus segera dikejar. Pasalnya, data Kementerian Kesehatan menunjukkan, hingga 7 September 2021, capaian vaksinasi dosis pertama di empat wilayah pelaksana PON masih di kisaran 50 persen. Bahkan, di Kabupaten Jayapura baru mencapai 48,69 persen. Percepatan tersebut harus segera dilakukan lantaran masyarakat sekitar dimungkinkan untuk menonton jika sudah melakukan vaksinasi.
Dalam pelaksanaannya pun, pengawasan harus diperketat agar terhindar dari munculnya penyelinap atau penonton yang belum mengikuti vaksinasi atau tanpa protokol kesehatan memaksa masuk untuk menonton.
Tentu tidak diharapkan perhelatan akbar yang sudah dipersiapkan sejak tujuh tahun silam dan sempat tertunda satu tahun itu justru menjadi kluster baru penularan Covid-19 dan menekan momentum pertumbuhan ekonomi yang positif di Provinsi Papua. (tum)
Artikel ini sudah tayang di Kompas.id dengan judul “PON XX, Momentum Jaga Pertumbuhan Ekonomi dan Prestasi Olahraga Papua”. Klik untuk baca: www.kompas.id/baca/riset/2021/09/12/pon-xx-momentum-jaga-pertumbuhan-ekonomi-dan-prestasi-olahraga-papua/.