WahanaNews-Papua I Rospiani Purba (55) salah seorang guru yang berhasil di evakuasi TNI dari Distrik Kiwirok ke Jayapura menceritakan kisahnya tentang kekejaman serangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua beberapa waktu lalu.
Dilansir dari detikcom, saat ditemui di rumahnya di Kelurahan Entrop, Jayapura Selatan, Kota Jayapura, ibu guru SMP itu masih terlihat ketakutan. Tangan dan bibirnya gemetar saat berbicara.
Baca Juga:
Bikin KKB Berhamburan, Inilah Sosok Jenderal Asal Tapsel Mayjen Daniel Silitonga
"Tolong kita berdoa dulu dan sebelum berdoa, saya nyanyikan satu lagu rohani dulu," pinta Rospiani.
Setelah berdoa, dia bercerita tentang ngerinya kondisi di Kiwirok yang ia tinggali sejak 1999. Dia tak pernah berpikir akan adanya aksi penyerangan brutal terhadap warga sipil.
"(Sejak 1999) semua aman, tidak pernah ada masalah, tapi kali ini saya sangat syok, tidak pernah melihat kejadian seperti itu. Nyawa orang seperti tidak berharga. Dipukuli, lalu ditendang ke jurang yang dalamnya sampai 500 meter," ujar Rospiani.
Baca Juga:
Kapolda Sebut Gangguan KKB pada Semester I di Papua Meningkat
"Rumah-rumah dibakar, sampai kemarin masih ada pembakaran terhadap sekolah SMA. Saat kami naik heli juga masih terjadi penembakan," ujarnya.
Dia juga mengatakan keponakannya yang baru 3 bulan ditempatkan jadi guru di Kiwirok bersama 17 orang lainnya masih mengungsi di pos TNI. "Tolong, keponakan saya dan teman-teman yang masih berada di sana agar dilindungi Allah, bisa dievakuasi ke Jayapura," ujarnya.
Hal yang sama juga disampaikan Yosepa Pablo (50). Ia takut akan kekejaman KKB.
"Saya ini orang asli sana, sa lihat kelakuan OPM itu kejam, bakar rumah-rumah dan pukuli orang-orang," katanya dengan terbata-bata.
Saat kejadian pembakaran sekolah, puskesmas, dan kantor pemerintah, Yosepa sedang berada di rumah Rospiani. Begitu mendengar kabar adanya sekolah mulai dibakar KKB, mereka lari meninggalkan rumah yang berada di kompleks sekolah menuju pos Pamtas TNI untuk menyelamatkan diri.
"Saat itu, kita bertiga ada di rumah: saya, Mama Yosepa, dan keponakan saya yang baru 3 bulan ditempatkan jadi guru di Kiwirok. Kami lari ke pos TNI menyelamatkan diri, karena sekolah sudah dibakar dan rumah yang kami tempati berada di kompleks sekolah juga dibakar," sela Rospiani.
Semua kios dan rumah warga pendatang dijarah. Setelah dijarah, rumah-rumah tersebut dibakar.
"Saat ini situasinya sangat mencekam dan ketakutan. Kami lari ke pos TNI hanya dengan baju di badan, tidak bisa berpikir apa-apa, hanya ketakutan yang ada," kata Rospiani.
Salah satu kios yang terbakar adalah milik Rospiani, yang ia bangun sejak 2018. "Ternyata semua habis terbakar," ujarnya.
Rospiani sangat berterima kasih kepada personel TNI yang telah menyelamatkan dirinya, suami, anaknya, dan warga sipil lainnya.
Diberitakan sebelumnya, personel gabungan TNI-Polri ditembaki saat tengah mengevakuasi jenazah Suster Gabriella Maelani (22), korban kekejaman KKB di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.
Akibat penembakan itu, satu prajurit TNI gugur. "Prajurit gugur saat KKB menembaki prajurit TNI yang sedang mengamankan heli yang akan digunakan mengevakuasi jenazah Suster Gabriella dari Kiwirok ke Jayapura," ujar Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Kolonel Arm Reza Nur Patria kepada wartawan di Jayapura, Selasa (21/9/2021). (tum)