Small forward dari tim bola basket DKI Jakarta, Aldy Izzatur Rachman tak membuang kesempatan untuk mengabadikan jajaran pegunungan tinggi sekitar Mimika dengan gawai pintar. Itu ia lakukan sesaat sebelum pesawat yang ditumpangi mendarat di Bandara Internasional Mozes Kilangin, Timika.
Ia semula berpikir tak akan menjumpai lagi pemandangan menakjubkan itu. Kenyataannya saat berlaga di GOR Basket Mimika Sport Complex, Timika, justru pebasket profesional asal klub Indonesia Patriots yang berlaga di kompetisi Indonesia Basketball League (IBL) itu cukup leluasa memandangi pegunungan tadi dari lantai atas venue. Pasalnya, kawasan olahraga terintegrasi yang dibangun PT Freeport Indonesia (PTFI) itu memiliki pemandangan Pegunungan Sudirman dan hutan hijau Kota Timika.
Baca Juga:
Dominggus Mandacan: Papua Barat Rumah Kita Bersama, Hiduplah Rukun dan Damai
“Tadi saya kira tidak akan bertemu lagi dengan pemandangan pegunungan sekeren Timika. Tenyata kita masih bisa menikmatinya juga dari lantai atas ini," kata pemain kelahiran 4 Maret 21 tahun silam.
Aldy, pemilik tinggi badan 191 sentimeter tersebut bahkan sampai lupa dengan pesan orang tuanya agar berhati-hati selama di Timika karena beragam pemberitaan mengenai kondisi keamanan di ibu kota Kabupaten Mimika tersebut. "Saya tidak mengalami apa yang diceritakan banyak orang. Selama berada di Timika kondisinya aman, pemandangan alamnya indah sekali. Masyarakatnya ramah dan senang sekali menyapa," kata Aldy yang kerap diajak berfoto bersama oleh penggemar basket di Timika.
Aldy tidak sendiri karena ada banyak peserta PON yang bertanding di Timika sempat merasa was-was dengan situasi keamanan di sana. Namun setelah berada di lokasi, kecemasan itu sirna karena banyaknya aparat keamanan menjaga lokasi pertandingan dan penginapan kontingen. Apalagi suguhan pemandangan alam hijau sejauh mata memandang. Hal ini juga diakui Wakil Bupati Mimika Johannes Rettob.
Baca Juga:
Mengintip Pesona Desa Pariangan, Desa Terindah di Dunia dengan Sejarah Panjang
"Bisa jadi ada yang menganggap bahwa kami di Papua tidak ada apa-apanya atau tidak bisa melakukan apa-apa. Apalagi Papua itu jauh, tidak aman seperti yang biasa mereka lihat dan baca di berita-berita. Kenyataannya tidak demikian, ternyata setelah semua datang ke Papua, kondisi Papua itu aman dan kami bisa memberikan pelayanan yang baik kepada semua tamu yang datang," ujarnya di Timika, Kamis (14/10/2021) seperti dilansir Antara.
Papua memang beda, bukan karena hitam kulit dan keriting rambut masyarakatnya, seperti dikatakan Franky Sahilatua. Tapi perbedaan itu ada karena suguhan keindahan alam dibalut kekayaan dan keragaman hayati di dalamnya berpadu dengan keramahan penduduk. Mungkin inilah gambaran sepotong surga jika jatuh ke bumi. Terima kasih Papua, Torang Bisa! (tum)