Papua.WahanaNews.co - Silahkan anda menilai saya gila, tetapi saya harus menulis apa yang saya alami, lihat, dengar, sentuh dan rabah. Dari pada saya tidak menulis dan berbicara sama sekali.
"Kebenaran yang ditulis dengan darah dan air mata serta penderitaan rakyat tidak akan di hapus atau ditutupi dengan kebohongan yang di tulis dengan tinta". (Dr A G Socrates yoman, MA)
Baca Juga:
Bawaslu Mukomuko Buka 16 Posko Pengaduan Pelanggaran Kampanye Pilkada 2024
Secara jujur sadar dan terbuka Money politics (politik uang) adalah politik kotor yang sedang di praktekan di tanah Papua.
Prektek-praktek elite kapitalisme modern sedang dimainkan di tanah Papua. Hal ini mencederai, merusak nilai-nilai demokrasi pasca pemilu tahun 2024 hampir seluruh tanah Papua terlihat terjadi manuver politik uang.
Negara Indonesia merupakan negara demokrasi bukan negara totaliter/otoriter yang mudah diombang-ambingkan, negara Indonesia bukan negara kapital tetapi negara Indonesia adalah negara demokrasi.
Baca Juga:
Kejari Gunungsitoli Sosialisasi Bahaya Politik Uang di Pilkada: Pelaku Bisa Dipidana
Nilai demokrasi Indonesia hancur karena money politik (politik uang) mengakibatkan seluruh tanah Papua akan menghadapi kemunduran secara eksklusif dan permanen.
Praktek-praktek manuver politik uang adalah politik praktis, politik paling kotor yang sedang di praktekan di atas tanah Papua, uang membuat manusia Papua susah melihat wajah, pikiran, perasaan dan hati seseorang. Hal ini merekomendasikan kita menuju Papua mundur.
Setiap negara berkembang karena pendidikan setiap daerah maju karena pendidikan bukan karena uang, uang tidak membuat rakyat sejahtera tetapi uang selalu melahirkan diskriminasi, marginalisasi, dan manipulasi serta melahirkan konflik horizontal di tengah-tengah masyarakat.
"Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk merubah dunia. Pendidikan adalah jendela dunia" ( Nelson Mandela).
Mengapa saya katakan demikian karena yang sering sebut pemerintahan itu ada dua lembaga yaitu legislatif & eksekutif, lebih bagus memilih pemimpin yang paham akan legislatif dan eksekutif bukan memilih pemimpin karena banyak uang.
Jika anda memilih pemimpin karena politik uang maka anda-lah yang aktor perusak dan melahirkan kemunduran, ketertingalan, kebodohan, keterbelakangan permanen sepanjang generasi mu.
Mari melihat Papua secara utuh, hampir semua tanah Papua menghadipi kemunduran, kemiskinan, ketertinggalan permanen masif, meluas, kolektif & terstruktur terus terjadi.
Kami sudah diberikan otonomi khusus, ada 20 tahun implementasi di Tanah Papua namun mengapa masih saja ada angka kemiskinan, ketertingalan, keterbelakangan, kebodohan di atas tanah Papua.
Marwah dari pada otsus adalah perlindungan, keberpihakan, dan pemberdayaan rakyat Papua namun hal itu tidak terwujud secara secara komprehensif, intens dan maksimal.
Berapa tahun yang lalu saya sudah mendeskripsikan dalam artikel saya dengan judul : "REFLEKSI 20 TAHUN OTONOMI KHUSUS DI TANAH PAPUA" artikel ini saya tulis tahun 2023 lalu.
Otsus adalah sesuatu hal yang sangat signifikan bagi seluruh rakyat Papua dan tanah Papua. namun mengapa Papua belum ada kesejahteraan, kemajuan dan kemakmuran diberbagai aspek dan segi kehidupan orang Papua itu sendiri?.
Hai para cendikiawan dan intelektual jangan terlena dengan situasi hari ini di tanah Papua. bangkitlah dan lihatlah tanah Papua secara utuh.
Matinya intelektual Papua, maka matinya bangsa dan rakyat Papua, untuk itu intelektual harus menjadi analoginya di kalangan masyarakat awan demi kemajuan tanah papua.
Intelektual harus menjadi teknokrat muda yang mampu memberikan solusi bagi masyarakat Papua, intelektual jangan bersifat tendesius tetapi harus tunjukan netralitas di kalangan masyarakat. Memilih pemimpin yang tepat dan paham.
Tugas utama legislatif adalah membuat Undang-Undang yang berlaku di Indonesia namun selain tugas utama tersebut lembaga legislatif, tugas-tugas lain yang tidak kalah pentingnya. Beberapa tugas meliputi menyusun rencana program nasional (prolegnas) serta pengawasan & anggaran.
Karena hampir seluruh tanah Papua tidak ada pemimpin Papua yang ingin membangun Papua dengan hati, yang tulus, iklas, rela, pemaaf, dan pemersatu.
Karena manuver politik uang membuat rakyat melahirkan pemimpin yang pasif di parlemen legislatif, sehingga seluruh tanah Papua menghadapi kemunduran permanen sudah 20 tahun implementasi otsus tidak berhasil karena lembaga DPR pasif.
DPR itu representasi rakyat yang harus bicara demi kemajuan daerahnya kepentingan rakyatnya tetapi bagimana DPR hanya diam pasif dilembaga legislatif diatas penderitaan rakyatnya.
"Ini yang sering di sebut elite mematikan dan membunuh rakyat sendiri secara sistematis, terustruktur masif meluas dan kolektif".
Maka dari itu jangan memilih pemimpin karena bermotif uang tetapi pililah pemimpin yang paham dari pada fungsi legislatif dan eksekutif.
Orang yang berpengetahuan dan berpendidikanlah yang tentunya ia akan membawa perubahan perdamaian dan kemajuan di kalangan masyarakat.
Mulai hari ini pilih pemimpin yang paham. Fungsi dari pada legislatif agar terus menyuarakan hak-hak rakyat dan melahrikan (SDM) Papua yang lebih banyak. Karena yang akan merubah Tanah Papua adalah (SDM) papua itu sendiri.
Bukan orang lain yang datang membangun Tanah Papua tetapi anak-anak pribumi Papualah yang akan membangun negeri ini sesuai nubuat ini.
"Diatas batu ini saya melatakan peradaban orang Papua, sekalipun banyak orang yang akan datang dengan penuh kepintaran, akal, budi, hikmat, marifat tetapi mereka tidak dapat memimpinnya, bangsa ini kelak akan bangkit dan memimpin dirinya sendiri". (Ishak Samuel kinje)
Untuk itu mari para kaum cendikiawan dan intelektual Papua bangun konsolidasi hari ini untuk terus memberikan edukasi demi selamatkan Tanah Papua dari berbagai ketertinggalan.
Banyak orang Papua yang sudha sekolah yang berpredikat sarjana, magister dan doktor dengan meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) tertinggi (cumlaude) pasca sarjana lulusan terbaik.
Namun fakta di lapangan tak sebanding dengan apapun yang kita raih gelar tanpa membuat apa-apa, maka sia-sialah sejauh apapun setinggi apapun yang anda raih.
Para intelektual Papua, jangan tepuk dada dengan predikatmu yang tinggi itu tanpa anda melakukan karya-karya yang inovatif, kreatif serta mengkajikan secara ilmiah tetang realitas hidup orang Papua. Ijazahmu hanyalah selembar kertas, realitas hidup orang Papua tak seidah selembar kertas yang anda raih itu.
Saya merenungkan, mencermati, menganalisa dan mengamati serta menilai bahwa banyak lulusan sarjana, magister dan doktor (SDM). Papua hampir 80% adalah meraka yang lulusan bayaran/instan dan 20% adalah meraka yang meraih proses perjuangan dengan mengikuti tahapan akademik yang suda diuji dan diraih dengan kualitasnya.
Boleh saja kita melahirkan (SDM) papua sebanyak- banyaknya. Sebanyak apapun tetapi ketika (SDM) itu tidak bermutu dan tidak berkualitas. Maka secara jujur, adil, objektif, proporsional dan profesional bahwa suatu ketika pesta demokrasi Indoensia tiba tetap saja praktek-praktek kotor poltik praktis ini akan tumbuh subur di tanah Papua.
Benar ada kalahnya orang Papua baru-baru ini ada terbukti data dari (LIPI & BRIN) menunjukkan bahwa orang Papua mencapai rasio/populasi penduduk terkecil di indoensia dengan (IPK) paling terendah. Kalo datanya tercapai seperti demkian kapankah Papua akan maju.
Masih saja ada praktek-praktek politik praktis di seluruh Tanah Papua. Memang secara sadar politik membutuhkan uang namun kami tidak melihat secara kualitas.
Hari ini pembunuhan masif terus terjadi di tanah Papua, lembaga legislatif sebagai payung rakyat Papua tidak pernah bersuara demi perlindungan rakyatnya, pasif di parlemen legislatif. "Silahkan tanyakan kepada rumput ilalang yang bergoyang".
Dan sekarang siapakah yang memilih pemimpin itu?
Pastilah yang memilih adalah rakyatnya, sadar anda sedang membunuh diri anda sendiri.
Ending dari manuver politik uang itu fajar keadilan di tanah Papua terus menjelang dan merujuk pada konflik horizontal & hal ini terus terjadi hampir seluruh tanah Papua.
Money politik uang adalah malapetaka bagi orang Papua menghilang nilai demokrasi sesugguhnya di tanah Papua.
Mari kita buat tekad untuk mencegah politik kotor yang merusak nilai-nilai luhur budaya di kalangan masyarakat lokal.
Menulis adalah suatu cara untuk berbicara.
Menulis adalah suatu cara untuk menyapa. Menulis adalah suatu cara untuk menyentuh anda.
Penulis : Welinus Walianggen, S. Ap (Masyarakat Yalimo)
Editor : Hotbert Purba/Bawi Kogoya