Papua.WahanaNews.co | Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mendorong penguatan destinasi wisata unggulan di Kabupaten Biak Numfor, Papua, sebagai destinasi yang berkualitas dan berkelanjutan.
Kemenparekraf/Baparekraf melalui Direktorat Pengembangan Destinasi II, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur, meninjau destinasi wisata di Biak Numfor, Papua.
Baca Juga:
Kemenparekraf Dukung Pelaksanaan Pusbatara Run 2024
Kemenparekraf Direktur Pengembangan Destinasi II, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wawan Gunawan didampingi Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Biak Numfor, Ony Dangeubun meninjau pembangunan destinasi melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pariwisata tahun 2021 yaitu Goa Jepang, Distrik Samofa, di sela-sela persiapan Fasilitasi Sentra Vaksinasi di Biak Numfor yang didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Rabu (8/12/2021).
"Kami juga meninjau pembangunan panggung kesenian di Kawasan Museum Cendrawasih Distrik Biak Kota, Rest Area Wardo Distrik Biak Barat dan Waterblow Tanjung Saruri Distrik Yawosi, serta persiapan pembangunan di Pantai Yennyabo Sorido, Distrik Biak Kota, Kabupaten Biak Numfor melalui DAK Tahun 2022," urainya.
Gua Jepang merupakan salah satu destinasi unggulan di Kabupaten Biak Numfor. Gua Jepang awalnya adalah gua alami yang sering digunakan masyarakat setempat sebagai tempat beristirahat.
Baca Juga:
MenEkraf: "D-Futuro Futurist Summit 2024" Lahirkan Gagasan dan Inovasi Perkuat Ekraf
Di dalam gua juga terdapat mata air yang sering dipakai masyarakat untuk keperluan sehari-hari sebelum akhirnya dimanfaatkan tentara Jepang.
"Potensi destinasi gua Jepang ini sudah sangat keren dengan cerita sejarah yang begitu kuat yang ada di dalamnya. Kami yakin destinasi ini bisa mendunia bahkan bisa menyandingi Museum War Remnants di Vietnam, asal terus dikemas dengan standar global," kata Wawan.
Gua Jepang atau sering disebut Abyab Binsari oleh masyarakat setempat, memiliki arti gua Nenek. Menurut cerita warga setempat, zaman dulu ada seorang nenek yang tinggal di sekitar gua ini. Namun setelah tentara Jepang datang, nenek itu kemudian menghilang tanpa jejak.