Dengan membentuk opini, menyebar gosip, memelintir fakta, menyusupkan informasi palsu dalam forum resmi, hingga melibatkan “saksi bayangan”. Korban dimanipulasi secara psikologis; disalahkan terus-menerus, difitnah tanpa bukti, lalu ditinggalkan oleh orang-orang yang dulu mendukungnya.
Refleksi Rohani.
Baca Juga:
Mensos Tegaskan Seleksi Sekolah Rakyat Harus Bebas Suap dan Nepotisme
Dalam Kitab Suci, kita melihat bagaimana Yesus sendiri dimanipulasi oleh para imam kepala dan ahli Taurat. Ia dituduh, dijebak, disidang secara tidak adil, lalu disalib, padahal Ia tidak bersalah.
Seorang murid-Nya, Yudas, adalah rekan yang menjebaknya. Ia dijual hanya karena ambisi dan uang.
“Tuhanlah satu-satunya yang memiliki kendali penuh atas hidup manusia.” Manusia tidak berhak mempermainkan hidup sesamanya, apalagi menghancurkan demi keuntungan pribadi. Manipulasi adalah bentuk kejahatan halus yang sering tidak disadari tetapi sangat merusak.
Baca Juga:
Kasus KDRT DM Boru Manullang: Polisi Periksa Saksi Selasa Depan
Pesan Keadilan dan Harapan, Jika Anda menjadi korban
Jangan takut, tetap berdiri dalam kebenaran. Waktu akan membuktikan siapa yang benar. Jika Anda melihat manipulasi: Jangan diam. Lawan dengan kasih dan kejujuran. Jika Anda pernah menjadi pelaku: Bertobatlah. Kembalilah ke jalan yang benar. “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.” Matius 5:6
Dalam dunia yang penuh kepentingan, suara kebenaran sering dikalahkan oleh manipulasi. Tapi Tuhan tidak pernah tidur. Ia melihat setiap ketidakadilan, dan Ia akan membela mereka yang tulus.
"Menghadapi Manipulasi: Antara Iman, Akal, dan Hati Nurani": Manipulasi adalah bentuk kejahatan tersembunyi yang merusak nilai keadilan, kebenaran, dan martabat manusia. Ia merayap melalui kata-kata yang tampaknya benar, tetapi menyesatkan. Melalui strategi yang licik, pelaku sering memanfaatkan satu kesalahan kecil untuk menjatuhkan seluruh kepribadian korban. Bahkan, korban yang sedang berjuang dalam kebenaran pun bisa dijebak oleh rekannya sendiri, lalu dipersalahkan oleh sistem yang seharusnya melindungi.