"Saya ini orang asli sana, sa lihat kelakuan OPM itu kejam, bakar rumah-rumah dan pukuli orang-orang," katanya dengan terbata-bata.
Saat kejadian pembakaran sekolah, puskesmas, dan kantor pemerintah, Yosepa sedang berada di rumah Rospiani. Begitu mendengar kabar adanya sekolah mulai dibakar KKB, mereka lari meninggalkan rumah yang berada di kompleks sekolah menuju pos Pamtas TNI untuk menyelamatkan diri.
Baca Juga:
Bikin KKB Berhamburan, Inilah Sosok Jenderal Asal Tapsel Mayjen Daniel Silitonga
"Saat itu, kita bertiga ada di rumah: saya, Mama Yosepa, dan keponakan saya yang baru 3 bulan ditempatkan jadi guru di Kiwirok. Kami lari ke pos TNI menyelamatkan diri, karena sekolah sudah dibakar dan rumah yang kami tempati berada di kompleks sekolah juga dibakar," sela Rospiani.
Semua kios dan rumah warga pendatang dijarah. Setelah dijarah, rumah-rumah tersebut dibakar.
"Saat ini situasinya sangat mencekam dan ketakutan. Kami lari ke pos TNI hanya dengan baju di badan, tidak bisa berpikir apa-apa, hanya ketakutan yang ada," kata Rospiani.
Baca Juga:
Kapolda Sebut Gangguan KKB pada Semester I di Papua Meningkat
Salah satu kios yang terbakar adalah milik Rospiani, yang ia bangun sejak 2018. "Ternyata semua habis terbakar," ujarnya.
Rospiani sangat berterima kasih kepada personel TNI yang telah menyelamatkan dirinya, suami, anaknya, dan warga sipil lainnya.
Diberitakan sebelumnya, personel gabungan TNI-Polri ditembaki saat tengah mengevakuasi jenazah Suster Gabriella Maelani (22), korban kekejaman KKB di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.