Tifa sebenarnya bukan sekadar alat pukul atau perkusi, melainkan menyangkut semua filosofi dan kehidupan masyarakat yang ditempelkan di obor tifa. "Ada ornamen alam dan budaya mulai dari motif ular, alat tusuk hidung dari suku Asmat, semua tertera di tifa yang menjadi obor PON Papua," ujarnya.
Kirab api PON Papua XX diawali dari area Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Migas (PLTMG) Klamono, Kabupaten Sorong, Papua Barat. Lokasi ini merupakan salah satu ladang minyak dan gas yang memiliki sumur tertua (pompa angguk) yang ada di Indonesia. Dari sumur migas inilah, api alam tersebut melakukan perjalanan udara, darat, maupun danau melintasi jarak ribuan kilometer. Klamono sendiri di tanah Papua termasuk dalam wilayah adat Doberai.
Baca Juga:
Kebebasan Berekspresi, Perlindungan dan Keamanan Jurnalis di Indonesia saat ini
Api abadi dari Klamono diambil dalam bentuk lentera dan diiringi oleh obor PON lainnya. Setelah sehari diarak di Kota Sorong, obor api PON Papua dibawa mengelilingi lima wilayah adat di Provinsi Papua selama enam hari berturut-turut dari 27 September hingga 2 Oktober 2021. Kirab Api PON XX dimulai dari Biak (Saereri), Timika (Mee Pago), Wamena (Lapago), Merauke (Anim Ha), Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura (Mamta), dan berakhir di Stadion Lukas Enembe Kabupaten Jayapura.
Satu hal, pesan terpenting dari momen obor api PON XX Papua ini adalah semuanya merupakan produksi dalam negeri. Desain obor api PON ini merupakan karya Reza yang kedua. Sebelumnya, ia mendesain obor PON Jawa Barat 2016.
Antropolog Enrico Kondologit mengungkapkan, selama ini ada salah persepsi di masyarakat seolah tifa hanya dipakai di wilayah pegunungan. Sebenarnya tifa juga dipakai mulai dari masyarakat di wilayah pantai hingga pegunungan terutama di daerah Pegunungan Bintang. Sejak 2010, tifa sudah terdaftar sebagai warisan budaya tak benda.
Baca Juga:
Komisi X DPR Kritik Keras Gubsu Edy yang Jewer Pelatih PON
Motif dan Filosofi Obor
Dijelaskan soal makna yang tertera di obor tifa, terdapat motif alam (gunung, gelombang dan ombak) menggambarkan wilayah adat dari wilayah dari Mamta/Tabi, Mee Pago, dan Lapago. Artinya simbol harapan dan berusaha atau bekerja keras.
Selanjutnya ada motif lipan/lintah di wilayah adat Ha Anim (Asmat, Kamoro, Malind Anim). Itu menandakan kemenangan dan kemujuran dalam perang. Seperti tertulis dalam buku panduan Obor, Lentera, dan Tungku PON XX Papua 2021.