WahanaNews-Papua I Kabar adanya 4 siswi SMA di Jayapura yang menjadi korban pemerkosaan oleh oknum pejabat publik serta pengusaha membuat anggota Komunitas Green Papua, Zuzan Crystalia Griapon, geram.
Hal yang membuat Zuzan lebih kesal ialah ketika pelaku malah menganggap korban tersebut sebagai barang yang bisa dibeli.
Baca Juga:
Derap Pembangunan 23 Tahun Otonomi Khusus di Papua, Refleksi dan Capaian di Papua Barat Daya
Zuzan menceritakan kalau 4 siswi tersebut diiming-imingi oleh 2 pejabat publik dan 2 pengusaha pergi ke Bali. Namun pada kenyataannya 4 siswi itu menjadi korban rudapaksa.
"Secara umum pelaku itu punya materi uang dan dong (mereka) bisa membayar apapun kekuasaan dong memiliki kekuasaan sehingga menganggap perempuan itu seperti barang. Jadi, dong enak saja perkosa habis itu dong tinggal bilang ke perempuan itu perempuan nakal," kata Zuzan dalam diskusi bertajuk “Harta Tahta Perempuan Papua” secara virtual, Jumat (17/9/2021).
Selain itu, Zuzan juga mengungkapkan kalau pelaku sempat melakukan intimidasi serta tindakan perlawanan lainnya. Hal tersebut membuktikan kalau pelaku memiliki kekuasaan dan juga harta sehingga akan menganggap barang apapun bisa dikendalikan.
Baca Juga:
Aktivis HAM Esra Mandosir Meninggal Dunia, LP3BH Manokwari Sebut Kematiannya Diduga Tidak Wajar
Kasus tersebut menjadi contoh adanya diskriminasi seksisme di Papua di mana perempuan Papua dianggap lemah. Padahal menurunya saat ini perempuan Papua itu sudah bisa sejajar dengan perempuan pulau lainnya di Indonesia.
Akan tetapi, selalu saja ada hambatan atau tantangan untuk menembus ruang sejajar itu.
Salah satu poin yang paling mendasar untuk mengurangi kasus tersebut berulang ialah peningkatan asupan pendidikan.