PAPUA.WAHANANEWS.CO, Wamena - Ditengah berbagai wacana pembangunan sering diukur lewat angka-angka ekonomi dan infrastruktur dan kebijakan pembangunan menyentuh sisi terdalam manusia yaitu membangun spiritualitas dan kebudayaan.
Langkah Gubernur Papua Pegunungan John Tabo membangun rumah ibadah di seluruh wilayah provinsi Papua Pegunungan, muncul sebagai kebijakan yang mengembalikan masyarakat pada pembangunan spritual dan kebudayaan.
Baca Juga:
Isu Ketidakharmonisan Gubernur dengan Wagub Papua Pegunungan, Ini Kata Ones Pahabol
Ketua DPD I Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Papua Pegunungan, Dolpinus Weya menilai, kebijakan tersebut bukan sekadar proyek fisik, melainkan tindakan moral dan spiritual yang mengembalikan arah pembangunan ke akar peradaban masyarakat pegunungan tengah yang membutuhkan keseimbangan antara adat, agama, dan pemerintah.
"Arah pembangunan Papua Pegunungan sudah saatnya harus kembali pada fondasi spiritual. Sebab, sejarah kami tidak dimulai dari revolusi industri atau teknologi, tetapi dari cahaya Injil yang menuntun masyarakat keluar dari kegelapan menuju martabat kemanusiaan,” kata Dolpinus Weya di Wamena belum lama ini.
Pernyataan Dolpinus menggugah satu pertanyaan penting, mungkinkah pembangunan yang berpusat pada spiritualitas menjadi strategi kebangkitan peradaban Papua Pegunungan?.
Baca Juga:
KNPI Papua Pegunungan Ajak Masyarakat, Jaga Suasana Sejuk dan Dukung Kebersamaan Gubernur–Wakil Gubernur
Menurutnya, spiritualitas bukanlah antitesis pembangunan modern, melainkan sumber nilai yang mengingatkan manusia akan asal-usul dan arah perjalanan hidupnya. Karena itu, kebijakan pembangunan rumah ibadah patut dibaca sebagai bagian dari agenda besar restorasi peradaban, ditandai dengan pembagunan berbasis agama, adat, dan pemerintahan ibarat tiga tungku yang harus dinyalakan api kehidupan secara bersama.
Sementara Wakil Ketua III DPD I KNPI Papua Pegunungan, Leo Himan menjelaskan bahwa konsep “tiga tungku” yang diusung Gubernur memiliki makna sosial yang dalam.
"Adat memberi akar budaya, agama yang memberi arah moral dan perdaban manusia, sedangkan pemerintah menjadi pelaksana nilai-nilai itu dalam kebijakan publik," ujar Himan.
Ia mengutip Kitab Hagai 1:1–14, yang menegur umat karena membiarkan Rumah Tuhan terbengkalai.
Ayat itu, menurutnya, relevan dengan kondisi masyarakat kini. Dan Ketika Rumah Tuhan dibiarkan runtuh, bukan hanya bangunan yang roboh, tetapi juga tatanan moral dan sosial pun ikut roboh akhirnya kehidupan kitapun hidup didalam bayang-bayang kutuk.
Sambungnya, pembagunan rumah ibadah yang diprioritaskan oleh Gubernur sebagai Pemimpin rakyat, Tuhan pun akan memberkati negeri ini dengan melepaskan kutuk dari tanah, manusia, ternak dan akan mengalirkan berkat dalam bentuk yang paling konkret yaitu kesejahteraan ekonomi, kelepasan sakit penyakit, kesuburan pertanian, kesuburan rahim wanita yang melahirkan generasi emas yang diberkati, keamanan negeri dipulihkan, dan harmoni sosial tercipta.
Sekretaris DPD I KNPI Papua Pegunungan, Yulans F.Y Wenda melihat pembangunan rumah ibadah sebagai upaya strategis membangun pusat-pusat pembinaan nilai dan ketahanan sosial.
"Rumah ibadah bukan hanya tempat doa, tapi juga tempat belajar, berdialog, dan memulihkan harapan masyarakat" kata Wenda.
Wenda menekankan bahwa Papua Pegunungan membutuhkan lebih dari sekadar infrastruktur jalan atau gedung pemerintahan, tapi juga sangat membutuhkan infrastruktur batin yaitu iman, Harapan, moral, integritas, dan solidaritas yang harus dimulai dari pembagunan Rumah Tuhan.
Bagi KNPI Papua Pegunungan ( Energy Of Harmony) membangun Rumah Tuhan berarti menanam benih bagi masa depan yang lebih beradab. Ketika spiritualitas menjadi pusat kebijakan, pembangunan tidak hanya menambah bangunan, tetapi juga menumbuhkan manusia
"Rumah Tuhan adalah simbol harapan. Dari altar doa, lahirlah kesadaran baru bahwa kemajuan bukan sekadar angka statistik ekonomi, melainkan kedalaman iman dan kualitas kemanusiaan harus ditumbuhkan," demikian Wenda.
DPD I KNPI Papua Pegunungan melalui gerakan Energy of Harmony mengajak seluruh masyarakat dan para Pemuda untuk mendukung penuh kebijakan Gubernur sebagai bagian dari pembagunan pilar-pilar kehidupan manusia lapago di semua sektor ekonomi, sosial, budaya, dan spiritual.
[Redaktur: Hotbert Purba]