Sebentar lagi kita memasuki tahun politik 2024, menurut data statistik orang asli Tabi dan Saireri hari ini menjadi minoritas.
Menurut Michelle, laporan kekerasan dalam rumah tangga korban paling banyak adalah perempuan Tabi dan Saireri.
Baca Juga:
Rapat Adat Jelang Pendaftaran Cyrillus Adopak ke LMA Fakfak
Sementara data pengusaha Perempuan asli Papua Tabi dan Saireri menduduki posisi paling rendah.
Di tengah keterbatasan perempuan Tabi dan Saireri sebagian besar dari mereka sudah dan telah menyelesaikan pendidikan di luar negeri, mereka memiliki kemampuan di atas rata-rata.
“Sama halnya, salah satu adik perempuan saya di usianya yang ke 24 tahun telah menyelesaikan pendidikan di USA dengan predikat cumlaud namun mereka tersisikan, kemampuan mereka di abaikan oleh karena aturan-aturan yang sudah tidak layak di implementasikan di era milenial ini”, ujar Michelle.
Baca Juga:
Pembukaan Pendaftaran Seleksi Calon Anggota DPRP Papua Barat Daya Melalui Mekanisme Pengangkatan Periode 2024-2029
“Saya sebagai Aktivis Perempuan dan Anak meminta kepada Badan Pembentukan Peraturan Daerah DPR PAPUA untuk menunda penetapan Raperdasus sampai kajian terhadap tata cara pemilihan anggota MRP khusus Perempuan di rubah”, ungkapnya.
Perempuan Tabi dan Saireri sudah maju, berikan kesempatan bagi mereka yang mampu untuk duduk dan berpikir bagi daerah mereka.
Persyaratan untuk Perempuan Tabi dan Saireri harus lulusan S1, mampu berbahasa inggris dan juga mampu menguasai hukum.