Direktur logistik Dirjen PSDKP, Berny Achmad Subki mengungkapkan guna mendukung modelling kampung nelayan modern yang berkelanjutan diperlukan sistem pengolahan dari hulu ke hilir, mulai dari sebelum produksi, produksi, pasca produksi, pengolahan dan pemasaran harus dilakukan guna mewujudkan kesejahteraan sesuai dengan sumber daya kegiatan ekonomi itu berada.
"Kawasan sentra pengelolahan ikan menjadi salah satu proses hilir untuk mendukung modeling kampung nelayan modern," ujarnya.
Baca Juga:
Serangan Brutal KKB di Papua: Satu Polisi Tewas, Warga Terluka
Adapun yang dibangun dalam sentra pengolahan ikan tersebut, lanjut Berny yaitu modeling rumah yang higienis dan dapat dilakukan sepanjang musim.
Dilakukan kontrol mutu baik secara organoleptik, kimia, dan mikrobiologi terhadap produk secara rutin; Terwujudnya diversifikasi dan inovasi pengemasan ikan yang memenuhi standar mutu dan pasar baik bulky, maupun eceran; tersedianya Gudang Beku Portabel Suhu Chilling sebagai tempat penyimpan stok ikan teri saat produksi berlimpah; dan terbangunnya sentra kuliner untuk mendukung akses pasar serta pengembangan kuliner berbasis ikan.
"Tersedianya kendaraan berefrigerasi untuk distribusi ikan secara higienis dan terbentuknya koperasi yang dikelola secara profesional juga menjadi faktor penting untuk menjaga hilirisasi kampung nelayan modern," pungkasnya.
Baca Juga:
Penukaran Utang dengan Konservasi, KKP Optimalkan Terumbu Karang di Wilayah Timur
Sementara, Manager Fuel Channel & Parthership PT Pertamina Patra Niaga, Daniel Alhabsy menjelaskan, pembangunan SPBU nelayan dibutuhkan untuk memangkas biaya produksi nelayan dalam beroperasi. Sehingga selain mendapatkan lokasi yang tidak jauh, para nelayan juga mendapatkan harga jual normal yang ditetapkan PT Pertamina.
"Kami juga akan membangun 11 lokasi SPBU Nelayan dari Program Kampung Nelayan Modern yang ditunjuk untuk dapat memenuhi kebutuhan BBM bagi nelayan di sekitar," demikian Daniel Alhabsy.
[Redaktur: Amanda Zebahor]