Nicholay menilai bahwa konflik di Papua sangat kompleks, sehingga penyelesaiannya perlu dilakukan secara bertahap dengan mengedepankan aspek kemanusiaan.
“Sehingga semua pihak yang berkepentingan bisa bertemu dan tidak boleh ada lagi kekerasan, peperangan, penindasan, saling curiga yang bahkan berujung pada kematian termasuk korban masyarakat sipil, perempuan dan anak-anak,” katanya.
Baca Juga:
Jaringan Damai Papua (JDP) Berbelasungkawa atas Penembakan 10 Warga Sipil Tewas di Papua
Ia juga menyampaikan bahwa Menteri HAM Natalius Pigai menekankan pentingnya menjadikan rekonsiliasi sebagai agenda utama dalam penyelesaian konflik di Papua.
Nicholay mengungkapkan bahwa yang paling sering disampaikan adalah harapan akan kepastian rasa aman dan keinginan segera kembali ke tempat tinggal mereka.
“Apalagi ditemukan banyak anak-anak yang masih sekolah harus hidup di pengungsian tentu akan menjadi perhatian,” imbuhnya. Makanya kami hadir dengan misi kemanusiaan karena itulah yang menjadi payung untuk semua. Tidak ada kepentingan lain, selain agenda rekonsiliasi dan perdamaian karena kami yakin hal ini akan bisa menjadi jembatan untuk semua, menghadirkan keamanan dan kedamaian di tanah Papua,” ujarnya.
Baca Juga:
Dua Prajurit Yonif R 408/SBH Tertembak KKB Papua
Pentingnya Pengawasan dan Tata Kelola Penanganan Nicholay juga menyoroti pentingnya pengawasan terhadap upaya penanganan pengungsi, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun organisasi masyarakat sipil, agar masyarakat tidak dirugikan akibat tata kelola yang buruk.
Ia memastikan bahwa seluruh temuan di lapangan akan menjadi dasar penyusunan kebijakan KemenHAM dalam penyelesaian konflik, tidak hanya di Nduga, tetapi juga di wilayah Papua lainnya.
“Buat saya, konflik kemanusiaan yang mengakibatkan ribuan pengungsi Nduga bukan hanya soal keamanan, tetapi lebih dari itu, yakni soal tata kelola resolusi konflik secara nasional, tata kelola daerah, hak konstitusional warga negara, soal kemanusiaan yang adil dan beradab, serta soal keadilan sosial di tanah Papua. Ini akan menjadi catatan penting,” demikian Nicholay Aprilindo.