Yuliana mengaku keluarga besar Fauwawan berdarah Maluku masih berduka. Apalagi melihat keponakannya Tita (19) dan Yuli (16) harus mengurus ketiga adiknya yang masih kecil di sebuah rumah kontrakan.
Sementara adik iparnya harus kembali ke Nduga untuk meneruskan usaha Alexander agar keponakan-keponakannya bisa bertahan hidup.
Baca Juga:
Jenazah Korban Penembakan KKB, Stevan Wakari Dievakuasi ke Mimika
"Saya paling sayang sama saya punya keponakan, tapi saya juga punya tanggung jawab keluarga. Kini mereka tinggal di sebuah kontrakan, kasihan mereka," ucapnya.
Ia juga mengaku kecewa dengan bupati Nduga. Pasalnya, ketika jenazah di makamkan di Timika, berjanji akan memperhatikan keluarga adiknya.
"Di depan peti jenazah adik saya, bupati berjanji untuk memperhatikan keluarga adik saya. Tapi sampai sekarang tidak ada respon, kami tidak menginginkan uang, tapi apa yang ia janjikan di depan jenazah adik saya," tambahnya.
Baca Juga:
KKB Bunuh Warga Sipil di Kali Wabu Intan Jaya
Sementara Tita dan Yuli mengaku masih mengingat peristiwa pembantaian yang dilakukan KKB kepada warga pendatang.
Mereka bersembunyi tidak berani keluar rumah dan khawatir dengan keberadaan ayahnya yang saat itu pergi mencari ke luar rumah.
"Dapat kabar dari om, papah ditembak. Lalu kami sekeluarga ke puskesmas. Ternyata saat itu papah sudah tidak ada (red-meninggal)," kata Tita.