"Ketika kita sampai di rumah yang kita tempati sementara, barang-barang diperiksa, barang yang tidak penting juga dibakar oleh mereka. Identitas kita juga disita, dan pada malamnya baru dikembalikan," kata Tinus di kediamannya di Timika, pada Selasa (7/3/2023).
Teror pertama dirasakan pada 29 Desember 2022. Pada malam hari Egianus dan kelompoknya datang ke Paro. Namun ia tidak mengetahui yang mana orangnya. "Kita hanya dikasih tahu oleh masyarakat setempat komandan besar di sini, tapi tidak dikasih tahu namanya," ungkapnya.
Baca Juga:
Jenazah Korban Penembakan KKB, Stevan Wakari Dievakuasi ke Mimika
Pada saat ada Egianus dan kelompoknya, masyarakat setempat memberitahukan kepada kontraktor dan kepala tukang (mandor) agar tidak boleh keluar di malam hari.
"Hanya boleh di tempat tinggal dan di tempat kerja juga. Boleh bekerja kalau sudah diperintahkan oleh mereka (KKB)," kata Tinus yang bermarga Kei.
Egianus sempat marah besar kepada para pekerja. Ia mengatakan ada yang menuding para pekerja telah mengumpat kepada pimpinan KKB itu. Kepala tukang kemudian dipanggil oleh Egianus dan dibentak dengan kata-kata binatang.
Baca Juga:
KKB Bunuh Warga Sipil di Kali Wabu Intan Jaya
"Padahal kita tidak pernah berkata kasar. Dia kemudian mengeluarkan kata-kata binatang dan juga bilang kerja cepat! nyawa kamu ditangan saya," cerita kepala tukang kepada para pekerja.
Mengetahui ada ancaman tersebut, pada malam harinya para pekerja pun ketakutan dan tidak ada yang bisa tidur sampai pagi. Bahkan belum bisa melakukan pekerjaan pembangunan puskesmas, sebelum ada keputusan dari KKB.
"Bapak tukang bilang jangan keluar duduk di rumah, habis mereka bikin adat kita bisa kerja atau tidak, demi kita keselamatan jangan keluar," ungkapnya.