Ia juga menceritakan pada pengerjaan tahap dua di Fabruari 2023 untuk menyelesaikan pembangunan puskesmas, Egianus juga kembali marah. Tidak hanya kepada para pekerja, namun juga masyarakat di Distrik Paro.
"Februari saat kita kerja setahu saya yang kedua kali itu sempat dia (Egianus) punya HP atau HT hilang. Kita disuruh pulang dan masyarakat semua disuruh mencari barang yang hilang," ucapnya.
Baca Juga:
Oknum Polisi Asal Sultra Jual Amunisi ke KKB, Terungkap Sudah Beraksi Sejak 2017
Para pekerja sambung Tinus dibantu diungsikan ke balai desa pada Minggu (5/2/23). Mereka diminta untuk meninggalkan Paro setelah adanya kesepakatan antara kontraktor dengan pihak KKB yang dimediasi oleh tokoh setempat.
"Dapat informasi dari mandor dan pemborong, mereka rapat kita tidak tahu apa yang dibicarakan, Minggu kita harus jalan, dikasih waktu dua hari untuk tinggalkan Paro jalan ke Kenyam, jalan lewat hutan, bapak kontraktor bayar material, sudah dibayar, Senin kita jalan," katanya.
Masyarakat Paro kata Tinus juga merasa ketakutan dan ikut mengungsi ke dalam hutan. "Kita mengungsi ke arah pegunungan mengarah Kenyam. Sementara penduduk ke daratan," sambungnya.
Baca Juga:
Satgas Damai Cartenz: Penjualan Amunisi ke KKB Libatkan Anggota Polri
Selama perjalanan tiga hari sejak Senin 6 Februari hingga Rabu 8 Februari, belum sampai di Kenyam, belasan pekerja berhasil dievakuasi oleh TNI-Polri menggunakan helikopter.
"Saya lega saat mendengar helikopter dan pada saat di helikopter kita baru tahu kita sudah selamat. Ada bapak Kapolres Nduga yang menyelamatkan kita dengan TNI evakuasi kita sampai Timika," ungkapnya.
Tinus mengaku tidak mau lagi kembali ke Nduga. "Saya masih trauma. Puji tuhan saya dan teman-teman selamat," tutup Tinus. [bawi/anang/hot]