Suku Asmat mendiami dataran rendah berawa-rawa, berlumpur dan ditutupi oleh hutan tropis.
Mereka mendiami beberapa kawasan di wilayah Kecamatan Agat, Suwa Elma, Ady dan Pantai Kasuari.
Baca Juga:
Langkah Pengamanan Menjelang Pilkada Serentak, Asistensi Operasi Damai Cartenz di Intan Jaya
Namun perpaduan budaya Suku Asmat dengan budaya lain terjadi saat ekspedisi orang Eropa di wilayah Pasiwifik sekitar tahun 1904.
"Ekspedisi pertama dan kedua dilakukan Lorentz dan berikutnya oleh Franssen Herderschee. Ekspedisi berikutnya dilakukan pda tahun 1922 dan 1923," jelas Widharyanto tulisannya berjudul Kondisi Papua Terkini: Berangkat dari Kasus Asmat.
Baca Juga:
Denisovan, Manusia Purba yang Kuat: Jejak DNA-nya Masih Hidup di Orang Papua
Sejak saat itu ekspedisi ke tanah Papua terus dilakukan. Semua ekspedisi tersebut merupakan ekspedisi ilmiah.
Ekspedisi penyebaran agama juga terjadi sekitar tahun 1912-an. Pos pertama gereja di daerah Asmat dibuka pada tahun 1953 oleh Pastor Zegwaard dan Pastor Welling.
Dilansir dari Budaya Lokal Sebagai Potensi dalam Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kabupaten Asmat karya L. Edhi Prasetya, suku Asmat memiliki sistem kepercayaan tradisional sebelum ajaran Katolik datang.