Ia mengutip Kitab Hagai 1:1–14, yang menegur umat karena membiarkan Rumah Tuhan terbengkalai.
Ayat itu, menurutnya, relevan dengan kondisi masyarakat kini. Dan Ketika Rumah Tuhan dibiarkan runtuh, bukan hanya bangunan yang roboh, tetapi juga tatanan moral dan sosial pun ikut roboh akhirnya kehidupan kitapun hidup didalam bayang-bayang kutuk.
Baca Juga:
Isu Ketidakharmonisan Gubernur dengan Wagub Papua Pegunungan, Ini Kata Ones Pahabol
Sambungnya, pembagunan rumah ibadah yang diprioritaskan oleh Gubernur sebagai Pemimpin rakyat, Tuhan pun akan memberkati negeri ini dengan melepaskan kutuk dari tanah, manusia, ternak dan akan mengalirkan berkat dalam bentuk yang paling konkret yaitu kesejahteraan ekonomi, kelepasan sakit penyakit, kesuburan pertanian, kesuburan rahim wanita yang melahirkan generasi emas yang diberkati, keamanan negeri dipulihkan, dan harmoni sosial tercipta.
Sekretaris DPD I KNPI Papua Pegunungan, Yulans F.Y Wenda melihat pembangunan rumah ibadah sebagai upaya strategis membangun pusat-pusat pembinaan nilai dan ketahanan sosial.
"Rumah ibadah bukan hanya tempat doa, tapi juga tempat belajar, berdialog, dan memulihkan harapan masyarakat" kata Wenda.
Baca Juga:
KNPI Papua Pegunungan Ajak Masyarakat, Jaga Suasana Sejuk dan Dukung Kebersamaan Gubernur–Wakil Gubernur
Wenda menekankan bahwa Papua Pegunungan membutuhkan lebih dari sekadar infrastruktur jalan atau gedung pemerintahan, tapi juga sangat membutuhkan infrastruktur batin yaitu iman, Harapan, moral, integritas, dan solidaritas yang harus dimulai dari pembagunan Rumah Tuhan.
Bagi KNPI Papua Pegunungan ( Energy Of Harmony) membangun Rumah Tuhan berarti menanam benih bagi masa depan yang lebih beradab. Ketika spiritualitas menjadi pusat kebijakan, pembangunan tidak hanya menambah bangunan, tetapi juga menumbuhkan manusia
"Rumah Tuhan adalah simbol harapan. Dari altar doa, lahirlah kesadaran baru bahwa kemajuan bukan sekadar angka statistik ekonomi, melainkan kedalaman iman dan kualitas kemanusiaan harus ditumbuhkan," demikian Wenda.