Hai para cendikiawan dan intelektual jangan terlena dengan situasi hari ini di tanah Papua. bangkitlah dan lihatlah tanah Papua secara utuh.
Matinya intelektual Papua, maka matinya bangsa dan rakyat Papua, untuk itu intelektual harus menjadi analoginya di kalangan masyarakat awan demi kemajuan tanah papua.
Baca Juga:
Bawaslu Mukomuko Buka 16 Posko Pengaduan Pelanggaran Kampanye Pilkada 2024
Intelektual harus menjadi teknokrat muda yang mampu memberikan solusi bagi masyarakat Papua, intelektual jangan bersifat tendesius tetapi harus tunjukan netralitas di kalangan masyarakat. Memilih pemimpin yang tepat dan paham.
Tugas utama legislatif adalah membuat Undang-Undang yang berlaku di Indonesia namun selain tugas utama tersebut lembaga legislatif, tugas-tugas lain yang tidak kalah pentingnya. Beberapa tugas meliputi menyusun rencana program nasional (prolegnas) serta pengawasan & anggaran.
Karena hampir seluruh tanah Papua tidak ada pemimpin Papua yang ingin membangun Papua dengan hati, yang tulus, iklas, rela, pemaaf, dan pemersatu.
Baca Juga:
Kejari Gunungsitoli Sosialisasi Bahaya Politik Uang di Pilkada: Pelaku Bisa Dipidana
Karena manuver politik uang membuat rakyat melahirkan pemimpin yang pasif di parlemen legislatif, sehingga seluruh tanah Papua menghadapi kemunduran permanen sudah 20 tahun implementasi otsus tidak berhasil karena lembaga DPR pasif.
DPR itu representasi rakyat yang harus bicara demi kemajuan daerahnya kepentingan rakyatnya tetapi bagimana DPR hanya diam pasif dilembaga legislatif diatas penderitaan rakyatnya.
"Ini yang sering di sebut elite mematikan dan membunuh rakyat sendiri secara sistematis, terustruktur masif meluas dan kolektif".