Para intelektual Papua, jangan tepuk dada dengan predikatmu yang tinggi itu tanpa anda melakukan karya-karya yang inovatif, kreatif serta mengkajikan secara ilmiah tetang realitas hidup orang Papua. Ijazahmu hanyalah selembar kertas, realitas hidup orang Papua tak seidah selembar kertas yang anda raih itu.
Saya merenungkan, mencermati, menganalisa dan mengamati serta menilai bahwa banyak lulusan sarjana, magister dan doktor (SDM). Papua hampir 80% adalah meraka yang lulusan bayaran/instan dan 20% adalah meraka yang meraih proses perjuangan dengan mengikuti tahapan akademik yang suda diuji dan diraih dengan kualitasnya.
Baca Juga:
Bawaslu Mukomuko Buka 16 Posko Pengaduan Pelanggaran Kampanye Pilkada 2024
Boleh saja kita melahirkan (SDM) papua sebanyak- banyaknya. Sebanyak apapun tetapi ketika (SDM) itu tidak bermutu dan tidak berkualitas. Maka secara jujur, adil, objektif, proporsional dan profesional bahwa suatu ketika pesta demokrasi Indoensia tiba tetap saja praktek-praktek kotor poltik praktis ini akan tumbuh subur di tanah Papua.
Benar ada kalahnya orang Papua baru-baru ini ada terbukti data dari (LIPI & BRIN) menunjukkan bahwa orang Papua mencapai rasio/populasi penduduk terkecil di indoensia dengan (IPK) paling terendah. Kalo datanya tercapai seperti demkian kapankah Papua akan maju.
Masih saja ada praktek-praktek politik praktis di seluruh Tanah Papua. Memang secara sadar politik membutuhkan uang namun kami tidak melihat secara kualitas.
Baca Juga:
Kejari Gunungsitoli Sosialisasi Bahaya Politik Uang di Pilkada: Pelaku Bisa Dipidana
Hari ini pembunuhan masif terus terjadi di tanah Papua, lembaga legislatif sebagai payung rakyat Papua tidak pernah bersuara demi perlindungan rakyatnya, pasif di parlemen legislatif. "Silahkan tanyakan kepada rumput ilalang yang bergoyang".
Dan sekarang siapakah yang memilih pemimpin itu?
Pastilah yang memilih adalah rakyatnya, sadar anda sedang membunuh diri anda sendiri.
Ending dari manuver politik uang itu fajar keadilan di tanah Papua terus menjelang dan merujuk pada konflik horizontal & hal ini terus terjadi hampir seluruh tanah Papua.