Ia bilang dilakukan refleksi Kolektif untuk kedamaian di Kabupaten Jayawijaya, khususnya kota Wamena.
Lanjut Leppy, penetapan hari hening ini dimaksudkan sebagai momen pertobatan bersama, tempat seluruh lapisan masyarakat dapat merenungkan kembali nilai-nilai hidup berdampingan, persaudaraan, dan tanggung jawab bersama menjaga kedamaian.
Baca Juga:
TNI dan Polri Sigap Amankan Wamena Usai Serangan TPNPB, Begini Reaksi Sebby Sambom
Pemerintah daerah menegaskan bahwa pendekatan ini bukan hanya simbolik, tetapi bagian dari upaya strategis membangun kembali rasa kepercayaan, solidaritas, dan keamanan sosial di tengah berbagai tantangan yang dihadapi kota ini dalam beberapa tahun terakhir.
"Kedamaian tidak datang dari luar. Ia lahir dari dalam diri kita sendiri. Kita memulainya dari kita, untuk negeri kita," demikian tokoh Pemuda Lapago, Leppy Kogoya di Kelurahan Sinakma-Wamena.
Kata dia, hari Pertobatan yang dilaksanakan secara menyeluruh di Wamena ini juga dimaksudkan sebagai pengingat bahwa politik damai, agama yang menyatukan, dan adat yang menghormati kehidupan harus menjadi fondasi masyarakat Jayawijaya.
Baca Juga:
Pelajar Papua di Wamena Gelar Aksi Demo, Tolak Program Makan Bergizi Gratis
Warga diajak untuk menahan diri dari segala bentuk kegiatan ekonomi dan sosial pada hari tersebut.
Tidak ada kendaraan lalu-lalang, tidak ada aktivitas pasar, bahkan tempat ibadah pun mengajak umatnya untuk merenung dalam keheningan.
"Masyarakat berharap agar momentum ini tidak hanya menjadi agenda tahunan, tetapi mampu membentuk budaya damai yang tertanam dalam keseharian masyarakat Lembah Baliem," pungkasnya.