Waktu saya berangkat kuliah di Jayapura, itu saya tinggal di asrama. Waktu itu tidak ada lagi kampus yang menerima saya, tapi saat saya tinggal di asrama itu, kan asrama mahasiswa, ketua asrama saya dulu itu sekarang jadi Wakil Gubernur Papua Barat.
Jadi pada saat berangkat, saya tinggal di asrama karena nggak punya keluarga, karena di situ semua kuliah, jadi bingung saya. Terus wakil gubernur itu bilang sama saya, ‘kau harus kuliah’ saya udah mau kuliah, tapi bagaimana nggak punya duit. ‘Sudah kuliah saja, ayo kita daftar’. (Lalu) saya daftar di swasta.
Baca Juga:
Pameran "Torang Creative & Ecotourism Festival 2025, Bank Indonesia Fasilitasi Produk Pala Tomandin Fakfak Tampil di Papua Barat Daya
Jadi pagi-pagi saya daftar, jam 5 subuh, asrama kami itu dekat dengan pasar, jadi saya tukang dorong gerobak. Jadi, kan dari pasar ke tengah jalan, ke pasar itu kurang lebih 70-100 meter, mau tidak mau orang belanja kan harus tenteng tuh belajaannya sampai di pinggir jalan besar sampai dia naik angkot. Nah saya bagian memfasilitasi itu, saya masih ingat itu Rp 200 perak, saya masih ingat itu.
Jadi dari situ lah saya cari duit untuk kuliah. dari situ saya cari duit untuk kuliah, karena jual koran juga saya.
Anda tidak malu sama teman-teman?
Baca Juga:
Kampung Sum Wujudkan Program Pala Unggul, Tanam Pala di Koridor Ruas Jalan Teluk Patipi Fakfak
Malu sih ada ya, nggak mungkin nggak ya. Tapi pertanyaan berikut adalah, you malu karena kerja ini atau you mati, atau you maling. Saya mencoba sebagai orang dewasa, sudah tamat SMA, sudah tahu cewe lah, rasa malu ada tapi saya mencoba menyembunyikan itu. Dan tidak untu memperlihatkan. Yang penting niat saya waktu itu adalah, sudah deh saya kuliah. Tapi memang sejak SMP saya sudah nakal, di terminal mana ada orang nggak nakal. Terminal itu kan tempat berkumpulnya anak-anak nakal di situ.
Jadi berkelahi, miras itu saya sudah tahu sejak SMP kelas satu. Nah karena itu mungkin waktu saya kuliah di Jayapura, masuk kuliah daftar, ya sambil kuliah, maksudnya jadi aktivis. Saya semester tiga sudah jadi ketua senat. Jadi saya dipenjara beberapa kali, demo tahun 98, tahun 97 itu kan. Tapi dipenjara bukan karena maling, atau perkosaan orang, bukan. Sebagai ketua senat, memimpin pergerakan memang. Waktu itu saya eks66, waktu di Papua, kami adalah pelakunya.
Semester 5 saya ketua senat, setelah itu semester 6 saya mulai berpikir bahwa saya harus menghentikan kemiskinan ini. Waktu itu tekad saya mengatakan begini, harus setop dengan kemiskinan, kemiskinan ini paling tidak baik.