Ada salah satu perusahaan tapi saya nggak bisa sebut namanya.
Di bidang apa?
Baca Juga:
Pameran "Torang Creative & Ecotourism Festival 2025, Bank Indonesia Fasilitasi Produk Pala Tomandin Fakfak Tampil di Papua Barat Daya
Saya waktu itu di bidang trading kayu. Jadi kayu kemudian apa saja. Prinsip saya waktu itu apapun yang bisa dihasilkan uang yang penting halal kita lakukan. Setan pun kalau bisa dijadikan uang, saya jadikan uang. Selama itu halal, selama itu tidak melanggar UU, selama itu tidak merugikan orang. Jadi waktu itu pikiran saya adalah apapun yang bisa kita hasilkan uang yang penting halal, kita lakukan. Tapi core-nya waktu itu adalah main di trading kayu.
Sama karena ada beberapa teman-teman yang merupakan pejabat, kemudian masih diberikan ruang kesempatan untuk mengerjakan pekerjaan di sektor pemerintah. Sampai di situ.
Jadi Anda jadi pengusaha itu karena nasib atau nasab?
Baca Juga:
Kampung Sum Wujudkan Program Pala Unggul, Tanam Pala di Koridor Ruas Jalan Teluk Patipi Fakfak
Pikiran by nasab ini ketika saya saya ingin menjadi ketua umum Hipmi. Jadi by nasab itu adalah usaha, yang menjalankan usaha keluarganya sudah generasi kedua, generasi ketiga. Itu by nasab.
Kalau by nasib itu ya seperti saya, generasi pertama yang berjuang. Kalau nasib baik jadi manusia, kalau tidak baik jadi monyet. Yang kita butuhkan ke depan itu adalah by desain. By desain itu adalah gabungan by nasab dan by nasib, dan harus berbasis akademi. Karena kompetisi di dunia enterpreuner sekarang ini tidak bisa masuk ke konsep, tapi harus betul-betul dirancang secara dini, desain secara dini, untuk kemudian kita mampu melakukan sesuatu yang lebih baik, yang pada akhirnya kemudian kita bisa berkompetisi dengan negara lain.
Kompetisi negara sekarang ini bukan lagi antara sesama provinsi, tapi sudah negara ke negara. Itu sebenarnya pikirannya, tapi sebelum ke situ ya setelah saya dari Jayapura dan segala macam. Iya waktu saya mulai bosan itu sempat jatuh.